Perihal Rasa dan Waktu

Ada yang merasa bingung mengapa rasa dan waktu tidak berbanding lurus. Yang ia tahu, rasa yang begitu dalam selalu dipengaruhi oleh waktu yang lama. Maka, ia pun bertanya padaku dari manakah rasa itu muncul. Padahal keduanya belum terlalu lama bersama.

Aku pun tidak bisa menjelaskan secara rinci bagaimana cara rasa bekerja. Tentang rasa memang terjadi begitu saja. Tak bisa diterka dan direkayasa.

Kemudian, aku berbagi pengalaman. Aku mengatakan padanya, pengamatan yang begitu dalam pada seseorang, ternyata bisa menumbuhkan rasa secara perlahan. Maka, hati-hati dalam memperhatikan. Sebab, dari sanalah biasanya rasa dimulai.

Aku memahami hal ini beberapa tahun yang lalu ketika tanpa sadar memperhatikan seseorang.

Aku memperhatikan bagaimana ia memperlakukan orang lain. Aku memperhatikan bagaimana ia memandang setiap hal. Aku memperhatikan bagaimana ia menggunakan waktu untuk orang lain. Aku memperhatikan bagaimana ia menempatkan diri diberbagai situasi.

Dulu sekali, aku mengira yang menumbuhkan rasa hanya rupa dan kenyamanan. Waktu pun menunjukkan, mengamati kebaikan seseorang ternyata mampu membuat bibir ini tersenyum simpul. Mengamati kebaikan seseorang ternyata mampu membuat diri ini merasa nyaman. Mengamati kebaikan seseorang ternyata mampu menumbuhkan rasa.

Semoga saja kebingungan yang ia rasakan terjawabkan. Mengapa rasa dan waktu tidak berbanding lurus, menurutku, semakin kita mengamati, maka semakin banyak pula kita mengenal. Semakin kita mengamati, semakin lapang hati kita dalam menerima kelebihan dan kekurangan. Dan semakin kita mengamati, semakin banyak pula rasa yang ada.

Perihal rasa, tidak hanya tentang berapa banyak waktu yang dihabiskan bersama. Melainkan tentang bagaimana kita memaksimalkan waktu untuk saling mengamati apa-apa yang ada pada kita. Hingga akhirnya hadir sebuah kesyukuran atas sebuah pertemuan.

2 thoughts on “Perihal Rasa dan Waktu

Leave a comment