Destinasi terakhir hari kedua adalah pasir timbul. Dari kapal kami, sudah tampak hamparan luas pasir putih. Di sekitarnya, terlihat sedikit pepohonan. Langit di sana tetap cantik, warnanya biru cerah. Pantai dengan sedikit pohon, ternyata terasa ada yang kurang, ya. Kesan pertama melihat pasir timbul, sungguh biasa saja. Tidak ada rasa menggebu untuk segera tiba di sana.
Beberapa ibu dan bapak memutuskan untuk menunggu di kapal saja. Mungkin mereka sudah lelah seharian melakukan snorkeling. Semua anak muda turun ke pasir timbul.
Di dekat kapalku menepi, terlihat ada banyak tumbuhan laut di sana. Entah namanya apa. Yang jelas, si pasir tidak murni berwarna putih.
Aku segera melepaskan sandal dan menapaki pasir-pasir itu. Masya Allah, pasirnya lembut banget ternyata. Aku lupa, ciri khas pasir timbul kan memang begini. Teksturnya persis seperti tepung sagu.
“Del, ayo lari ke sana!” kataku. Tanpa meminta persetujuan Dela, aku mengajak paksa π
“Ayo!” jawab Dela. Rupanya ia juga begitu semangat seperti aku.
Sejak kali pertama datang ke Karimun Jawa, aku belum puas bermain pasir. Maka, saat tiba di pasir timbul ini, gawai sengaja aku tinggal di kapal. Aku berlarian di pantai tanpa membawa apa-apa. Inginku saat itu cuma satu yaitu, bermain air dan pasir sepuasnya.
Pengunjung lain juga tampak bahagia. Saat aku datang, beberapa laki-laki berbaring di pantai. Mereka menatap langit lamat-lamat. Melihat pemandangan itu, memancing gelak tawa sebenarnya. Pak Rudi bahkan sempat meledek begini,“Lihat ke sana! Ada banyak ikan paus terdampar!” Mana mungkin aku bisa menahan tawa haha
Di pasir timbul, kami memang dibebaskan bermain apa saja. Sepuasnya. Kami akan berada di sini hingga matahari terbenam.
Semua orang melakukan aktivitas yang paling disuka. Ada yang sibuk melakukan sesi pemotretan, ada yang bernyanyi bersama, dan ada yang berjalan-jalan santai berkeliling pasir timbul.
Lalu, aktivitas apa yang aku dan Dela lakukan? Karena begitu takjub dengan lembutnya si pasir timbul, sesampainya di sana, kami langsung berbaring hahaha seperti “para ikan paus terdampar” yang Pak Rudi katakan tadi, kami juga menatap langit lamat-lamat.
Warna langit pasir timbul tidak terlalu bergradasi. Warnanya senada, biru muda saja. Jika saja aku memotret langit saat itu, pasti hasilnya hanya biru saja.
Suasana sore itu bising, tetapi tidak menganggu telinga. Entah mengapa, suara ombak, angin, dan orang-orang bercengkrama bersatu menjadi suara yang nyaman didengarkan.
“Shin, coba gerakkin tangan dan kaki lo kayak gini.” Dalam posisi berbaring Dela mencontohkan. Kedua kaki dan tangannya bergerak-gerak ke atas dan ke bawah.
“Kalo mereka yang tinggal di negara empat musim, ngelakuinnya di salju. Kalo kita di pasir aja hahaha,” tambahnya.
“Begini? Hahaha.” Aku mengikuti gerakan yang ia contohkan. Kami pun tertawa bersama π ternyata melakukan hal sederhana begini sangat menyenangkan, ya π
Setelah puas tidur-tiduran di pasir, aku mengajak Dela menggali pasir. Tujuan awalnya sih ingin membuat lubang yang besar, lalu menimbun sebagian badan Dela di sana. Tapi, bikin lubang di pasir pantai ternyata tidak gampang, guys hahaha capek tangannya.
Tidak lama kemudian, Amel dan Burhan bergabung. Kami terbagi menjadi dua tim. Tim satu, aku dan Amel. Tim dua, aku dan Dela. Kami sepakat akan lomba membuat lubang besar dalam waktu singkat. Sambil merasa kocak dengan apa yang baru saja kami sepakati, kami tetap menggali π tanpa ada pemenang, lomba pun di akhiri dengan lempar-lemparan pasir hahaha
Sesekali, Pak Rudi menghampiri kami. Ia tertawa melihat kelakuan kami ini. Kutawari saja si bapak untuk bermain bersama. Bukannya menerima tawaran, si bapak malah semakin lebar saja tawanya π maklum ya, pak. Sudah lama nggak bertemu pasir soalnya, makanya heboh sekali haha
Aku memang begini. Tidak ragu melakukan hal kekanakkan seperti ini. Bermain ayunan, bermain kejar-kejaran, bermain pasir, ataupun bermain lempar-lemparan pasir. Lalu, tertawa bersama.
Kata orang, terlalu serius itu tidak baik. Rilekskan diri. Oh iya, sebenarnya aku bukan tipikal orang yang humoris. Juga tidak “receh” terhadap sesuatu yang lucu. Tetapi aku bisa begini, melakukan tindakan kekanakkan tanpa takut dan ragu π Prinsipku, sesuaikan saja sama kondisi. Belajar fleksibellah, gitu hehe
Setelah puas bermain pasir, Mas Yulian ingin memotret kami. Karena suasana hati sedang bahagia, kami pun berpose dengan banyak gaya. Rupanya sore itu aku dan Dela benar-benar terbawa suasana.
Matahari akhirnya terbenam. Sunset di pasir timbul tidak secantik saat di Pantai tanjung gelam. Meskipun begitu, sunset di sini tetap menenangkan dan semakin merekatkan kebersamaan.
Para tour guide memberi aba-aba dengan lambaian tangan. Itu artinya sudah saatnya kembali ke penginapan.
Dan tour hari kedua pun selesai. Kututup hari itu dengan foto bersama tour guide yang baik hati dan bersahabat. Mas Tri, tour guide darat yang kaku namun humoris. Mas Yulian, tour guide laut yang begitu sabar membimbing kami selama snorkeling.
Untuk setiap kesempatan melakukan perjalanan aku sangat bersyukur. Sebab, melakukan perjalanan memang tidak semudah itu. Ada kesehatan yang perlu dijaga, ada waktu yang perlu diluangkan, ada dana yang perlu disisihkan, ada izin yang perlu dimohonkan, dan paling utama ada kesempatan yang Allah telah berikan.
Seruuuu!!! Foto2nya bagus banget iiihh gemes hahaha jadi kepikiran kesana lagi.
LikeLiked by 1 person
Bangetttt!!! Heboh ya posenya wkwkwk oh iya kamu kan pernah ke sana juga ya. Cantik ya Da pantai2nya :’)
LikeLiked by 1 person
Cantik bangeeettttt, kayanya aku paling puas liatin sunset disana deh dibandingin tempat lain. Sama view di bukit cinta itu keren banget ya masyaAllah :’)
LikeLiked by 1 person
Sunset di Tanjung Gelam Masya Allah itu, Aida :’)
Iya kah? Pengalamanku liat sunset pantai baru di sana aja, jadi belum ada pembandingnya, Daaa.
Iya bener, view di bukit cinta Masya Allah. Bikin deg-degan saking bagusnya π
LikeLiked by 1 person
Setujuuuu antara ingin foto2 banyak karena sebagus itu, tapi gamau melewatkan momen :” akhirnya cuma ambil sedikiiit foto tapi di memori ini masih tersimpan jelas. Asiiikk hahaha
LikeLiked by 1 person
Aziiiik. Khan maen ingatannya wkwkwkwk
Aku juga seneng menikmati momen kayak mbak Aida, contohnya di pasir timbul itu. Hape aku tinggal kan di kapal. Nggak tahan ketemu pasir yang super lembut πππ
LikeLiked by 1 person
Hihi semoga bisa berkesempatan main di pasir pasir lain yang lebih indah yaa! Siapa tau kapan-kapan kita bisa liburan bareng π (kapan kapan, kapan? hahaha)
LikeLiked by 1 person
Aamiin!! π nah bener banget, aku emang lagi nyari temen travelling bareng. Semoga waktu kita cocok ya mbaaaak. (Beneran kasih tanggepan serius wkwk π€£)
LikeLiked by 1 person
Hayuukk! kalau mau travelling jauh ga memungkinkan, yang deket aja sini ke banduuunggπ will be very happy to assist hahaha
LikeLiked by 1 person
Aku pengin banget ke Orchid Forest Cikole, Mbaaak. Hayuk assist aku, Mbak Aida :’)
LikeLike
Hayuuukk, serius kalo ke bandung kabarin aku yaaa! InsyaAllah utk mba Shinta akan kusempetiiinnβ€οΈ
LikeLiked by 1 person
Siyap! Yeay π aku juga pengin liat Mbak Aida ngegambar langsung. Semoga berkenan jadi guide sekaligus mentor gambar wkwkwk
LikeLike
Haha siaapp dengan senang hati mbak Shinta, ditunggu kedatangannya yaaaπ
LikeLiked by 1 person
Siap, Mbak Aida π₯°
LikeLike
Lucu banget foto nyaaa bikin ketawa
LikeLiked by 1 person
Hahaha kamu harus coba pose kayak gitu, Rahayu. Seru lho π€£π€£π
LikeLike
Kayanya butuh photographer handal dan butuh jiwa model nih haha
LikeLiked by 1 person
Sepengalamanku kemarin, yang utama bukan itu, Rahayu. Yang paling penting sebahagia apa hati kamu. Entar otomatis jadi ekspresif. Serius wkwkwk
LikeLike
Hoo berarti harus bahagia dulu, baru nanti jiwa modelnya keluar wkwk
LikeLiked by 1 person
Betul! Kutunggu ya pose kayak gini di Jepang sana, Rahayu ππ
LikeLike
Yah tapi saya susah menemukan pantai di sini π¦
LikeLiked by 1 person
Semoga segera ketemu pantai ya, di mana pun itu ππͺ
LikeLiked by 1 person
Tumbeeeeenn bgt mba shinta ekspresif bgt fotonyaaaπ
LikeLiked by 1 person
Dari pose itu, kebayang kan Nu aku ini sehappy apa ketemu pantai wkwkwk
LikeLike
Foto-fotonya keren banget, Shin.
Jadi ikutan ngerasain kebahagiaan Dela dan Shinta bermain pasir.
LikeLiked by 1 person
Hahaha, makasih, Mbak Salma. Si bujang boleh banget diajak pose kayak gitu, Mbaaak π€£
Hehe, iya kami seneng banget mbak ketemu pantai π
LikeLike
Salfok sama tendangannya. Lurus sekali. Postur tendangannya pas banget, kayak uda jago banget gitu π
LikeLiked by 1 person
*ngakak* π€£π€£π€£ iya juga ya, temenku kayak udah jago banget. Dia berbakat yha wkwkwk
LikeLiked by 1 person
Kamu juga berbakat terpental ke belakang, Shinta π
LikeLike
Berbakat jadi korban ya bang hahaha
LikeLiked by 1 person
Ndak kok, ndak π
LikeLiked by 1 person
Pingback: Karimun Jawa: Day 3 – Melihat Laut dari Bukit Love – Keep Moving Forward
aku sukaa sama foto-fotonya mbaaak β€ β€ β€
LikeLiked by 1 person
Waaaaaa πππ entar kalo liburan bareng, kita kolaborasi berpose kaya gini ya mbak wakakakaak
LikeLike
Maaauu Mbak π
LikeLiked by 1 person