Karimun Jawa: Day 2 – Bertelanjang Kaki di Pasir Timbul [2]

Destinasi terakhir hari kedua adalah pasir timbul. Dari kapal kami, sudah tampak hamparan luas pasir putih. Di sekitarnya, terlihat sedikit pepohonan. Langit di sana tetap cantik, warnanya biru cerah. Pantai dengan sedikit pohon, ternyata terasa ada yang kurang, ya. Kesan pertama melihat pasir timbul, sungguh biasa saja. Tidak ada rasa menggebu untuk segera tiba di sana.

Beberapa ibu dan bapak memutuskan untuk menunggu di kapal saja. Mungkin mereka sudah lelah seharian melakukan snorkeling. Semua anak muda turun ke pasir timbul.

Di dekat kapalku menepi, terlihat ada banyak tumbuhan laut di sana. Entah namanya apa. Yang jelas, si pasir tidak murni berwarna putih.

Aku segera melepaskan sandal dan menapaki pasir-pasir itu. Masya Allah, pasirnya lembut banget ternyata. Aku lupa, ciri khas pasir timbul kan memang begini. Teksturnya persis seperti tepung sagu.

“Del, ayo lari ke sana!” kataku. Tanpa meminta persetujuan Dela, aku mengajak paksa πŸ˜†

Ayo!” jawab Dela. Rupanya ia juga begitu semangat seperti aku.

Sejak kali pertama datang ke Karimun Jawa, aku belum puas bermain pasir. Maka, saat tiba di pasir timbul ini, gawai sengaja aku tinggal di kapal. Aku berlarian di pantai tanpa membawa apa-apa. Inginku saat itu cuma satu yaitu, bermain air dan pasir sepuasnya.

Pengunjung lain juga tampak bahagia. Saat aku datang, beberapa laki-laki berbaring di pantai. Mereka menatap langit lamat-lamat. Melihat pemandangan itu, memancing gelak tawa sebenarnya. Pak Rudi bahkan sempat meledek begini,“Lihat ke sana! Ada banyak ikan paus terdampar!” Mana mungkin aku bisa menahan tawa haha

Kami tidak berfoto sendiri di Pasir Timbul. Alhamdulillah, Mas Yulian berkenan memotret kami :’)

Di pasir timbul, kami memang dibebaskan bermain apa saja. Sepuasnya. Kami akan berada di sini hingga matahari terbenam.

Semua orang melakukan aktivitas yang paling disuka. Ada yang sibuk melakukan sesi pemotretan, ada yang bernyanyi bersama, dan ada yang berjalan-jalan santai berkeliling pasir timbul.

Lalu, aktivitas apa yang aku dan Dela lakukan? Karena begitu takjub dengan lembutnya si pasir timbul, sesampainya di sana, kami langsung berbaring hahaha seperti “para ikan paus terdampar” yang Pak Rudi katakan tadi, kami juga menatap langit lamat-lamat.

Warna langit pasir timbul tidak terlalu bergradasi. Warnanya senada, biru muda saja. Jika saja aku memotret langit saat itu, pasti hasilnya hanya biru saja.

Suasana sore itu bising, tetapi tidak menganggu telinga. Entah mengapa, suara ombak, angin, dan orang-orang bercengkrama bersatu menjadi suara yang nyaman didengarkan.

“Shin, coba gerakkin tangan dan kaki lo kayak gini.” Dalam posisi berbaring Dela mencontohkan. Kedua kaki dan tangannya bergerak-gerak ke atas dan ke bawah.

“Kalo mereka yang tinggal di negara empat musim, ngelakuinnya di salju. Kalo kita di pasir aja hahaha,” tambahnya.

“Begini? Hahaha.” Aku mengikuti gerakan yang ia contohkan. Kami pun tertawa bersama πŸ˜† ternyata melakukan hal sederhana begini sangat menyenangkan, ya 😁

Setelah puas tidur-tiduran di pasir, aku mengajak Dela menggali pasir. Tujuan awalnya sih ingin membuat lubang yang besar, lalu menimbun sebagian badan Dela di sana. Tapi, bikin lubang di pasir pantai ternyata tidak gampang, guys hahaha capek tangannya.

Aku, Dela, Amel, dan Burhan 😊

Tidak lama kemudian, Amel dan Burhan bergabung. Kami terbagi menjadi dua tim. Tim satu, aku dan Amel. Tim dua, aku dan Dela. Kami sepakat akan lomba membuat lubang besar dalam waktu singkat. Sambil merasa kocak dengan apa yang baru saja kami sepakati, kami tetap menggali πŸ˜‚ tanpa ada pemenang, lomba pun di akhiri dengan lempar-lemparan pasir hahaha

Sesekali, Pak Rudi menghampiri kami. Ia tertawa melihat kelakuan kami ini. Kutawari saja si bapak untuk bermain bersama. Bukannya menerima tawaran, si bapak malah semakin lebar saja tawanya πŸ˜‚ maklum ya, pak. Sudah lama nggak bertemu pasir soalnya, makanya heboh sekali haha

Aku memang begini. Tidak ragu melakukan hal kekanakkan seperti ini. Bermain ayunan, bermain kejar-kejaran, bermain pasir, ataupun bermain lempar-lemparan pasir. Lalu, tertawa bersama.

Kata orang, terlalu serius itu tidak baik. Rilekskan diri. Oh iya, sebenarnya aku bukan tipikal orang yang humoris. Juga tidak “receh” terhadap sesuatu yang lucu. Tetapi aku bisa begini, melakukan tindakan kekanakkan tanpa takut dan ragu πŸ˜† Prinsipku, sesuaikan saja sama kondisi. Belajar fleksibellah, gitu hehe

Setelah puas bermain pasir, Mas Yulian ingin memotret kami. Karena suasana hati sedang bahagia, kami pun berpose dengan banyak gaya. Rupanya sore itu aku dan Dela benar-benar terbawa suasana.

Matahari akhirnya terbenam. Sunset di pasir timbul tidak secantik saat di Pantai tanjung gelam. Meskipun begitu, sunset di sini tetap menenangkan dan semakin merekatkan kebersamaan.

Para tour guide memberi aba-aba dengan lambaian tangan. Itu artinya sudah saatnya kembali ke penginapan.

Dan tour hari kedua pun selesai. Kututup hari itu dengan foto bersama tour guide yang baik hati dan bersahabat. Mas Tri, tour guide darat yang kaku namun humoris. Mas Yulian, tour guide laut yang begitu sabar membimbing kami selama snorkeling.

Mas Tri itu yang di depan. Mas Yulian yang di belakang.

Untuk setiap kesempatan melakukan perjalanan aku sangat bersyukur. Sebab, melakukan perjalanan memang tidak semudah itu. Ada kesehatan yang perlu dijaga, ada waktu yang perlu diluangkan, ada dana yang perlu disisihkan, ada izin yang perlu dimohonkan, dan paling utama ada kesempatan yang Allah telah berikan.

35 thoughts on “Karimun Jawa: Day 2 – Bertelanjang Kaki di Pasir Timbul [2]

      • Cantik bangeeettttt, kayanya aku paling puas liatin sunset disana deh dibandingin tempat lain. Sama view di bukit cinta itu keren banget ya masyaAllah :’)

        Liked by 1 person

      • Sunset di Tanjung Gelam Masya Allah itu, Aida :’)

        Iya kah? Pengalamanku liat sunset pantai baru di sana aja, jadi belum ada pembandingnya, Daaa.

        Iya bener, view di bukit cinta Masya Allah. Bikin deg-degan saking bagusnya πŸ˜‚

        Liked by 1 person

      • Setujuuuu antara ingin foto2 banyak karena sebagus itu, tapi gamau melewatkan momen :” akhirnya cuma ambil sedikiiit foto tapi di memori ini masih tersimpan jelas. Asiiikk hahaha

        Liked by 1 person

      • Aziiiik. Khan maen ingatannya wkwkwkwk

        Aku juga seneng menikmati momen kayak mbak Aida, contohnya di pasir timbul itu. Hape aku tinggal kan di kapal. Nggak tahan ketemu pasir yang super lembut πŸ˜†πŸ˜†πŸ˜†

        Liked by 1 person

      • Hihi semoga bisa berkesempatan main di pasir pasir lain yang lebih indah yaa! Siapa tau kapan-kapan kita bisa liburan bareng πŸ˜€ (kapan kapan, kapan? hahaha)

        Liked by 1 person

      • Aamiin!! 😍 nah bener banget, aku emang lagi nyari temen travelling bareng. Semoga waktu kita cocok ya mbaaaak. (Beneran kasih tanggepan serius wkwk 🀣)

        Liked by 1 person

      • Hayuukk! kalau mau travelling jauh ga memungkinkan, yang deket aja sini ke banduuunggπŸ˜† will be very happy to assist hahaha

        Liked by 1 person

      • Siyap! Yeay 😍 aku juga pengin liat Mbak Aida ngegambar langsung. Semoga berkenan jadi guide sekaligus mentor gambar wkwkwk

        Like

    • Hahaha, makasih, Mbak Salma. Si bujang boleh banget diajak pose kayak gitu, Mbaaak 🀣

      Hehe, iya kami seneng banget mbak ketemu pantai 😍

      Like

  1. Pingback: Karimun Jawa: Day 3 – Melihat Laut dari Bukit Love – Keep Moving Forward

Leave a reply to ysalma Cancel reply