Selalu ada aturan untuk melakukan sesuatu. Bahkan sesederhana saat kamu membuka pintu. Aturan umum menyebutkan bahwa ketika membuka sebuah pintu, kita pun juga harus menutupnya kembali. Meskipun begitu, boleh saja bila kita tidak mau. Namun, siap-siap saja kita akan disebut sebagai orang tak sopan yang tak tahu malu.
Aku adalah orang yang menganggap penting perihal itu. Maka, ketika adikku bertanya tentang menemukan hati yang baru, aku memberi tahu dirinya tentang aturan itu.
“Tentang hati yang terluka, kamu tidak perlu terburu-buru menemukan sepotong hati yang baru. Yang paling utama adalah menyembuhkan hatimu dulu. Hatimu harus benar-benar sembuh. Setelah sembuh, hatimu pun harus tahu apa yang benar-benar ia mau. Setelah tahu, hatimu harus yakin tentang pilihan itu.” kataku.
“Kamu tahu mengapa alurnya harus serumit itu? Alasannya karena kamu tidak boleh bermain-main dengan hati orang lain, Yun. Kamu tidak boleh coba-coba tentang kehidupan orang lain. Kehidupan orang lain bukanlah pintu. Yang boleh kamu buka dan tutup semaumu. Tahukah kamu harga yang harus dibayar untuk sebuah senyuman yang ia tunjukkan saat berjumpa denganmu? Ia pasti telah melalui hari-hari yang sulit dan panjang hingga akhirnya berani membersamaimu dengan senyum itu.” tambahku. Aku harus mengatakan perihal ini kepadanya. Sebelum ia masuk lebih dalam ke kehidupan orang lain. Sebelum dirinya begitu berarti bagi orang lain.
Aku bukanlah seseorang yang pandai perihal ini. Namun satu hal yang aku tahu, kita tak akan pernah bisa memahami dan mengerti orang lain, sebelum kita mengenal diri sendiri. Kalau masih ada luka dihati yang masih mengganggu diri menjalani hari, mengapa kita terburu-buru mencari sepotong hati untuk menggenapkan diri?
***
Aturan tertulis tentang bagaimana dua hati bekerja memang tak ada. Tetapi kita punya hati nurani yang selalu tahu pilihan terbaik apa yang pantas dipilih. Keputusan apa yang layak diambil. Cara apa yang baik dilakukan. Perbuatan-perbuatan yang tidak mengorbankan perasaan orang lain hanya untuk kebahagiaan diri sendiri.
Saranku untuk adikku tentang ini, jangan pernah masuk ke dalam kehidupan orang lain dengan niat hanya ingin ‘coba-coba’. Sebab, kamu tak akan bisa menghentikan hati yang telah berlabuh. Bagaimana bila akhirnya hatinya berlabuh padamu? Bila kamu terus meragu tentang apa keinginanmu, alih-alih mencipta bahagia, bukankah kamu malah menoreh luka?
Terimakasih telah mengingatkan. Merasa tertohok di paragraf terakhir sih. 😦
LikeLike
Iya, sama-sama. Pernah menjadi seseorang yang ‘meragu’ akhirnya tanpa sadar melukai seseorang kah?
LikeLike
Bagus bgt ya Allah. Makasih lohh. Aku merasa tertohok juga karena ini:’)
LikeLiked by 1 person
Makasih sisss 💕 Semoga pemahaman kita ttg ini semakin baik 😘
LikeLike
Aamiin ya Rabb
LikeLiked by 1 person
Bagus tulisannya. Saya sepemikiran juga.
LikeLiked by 1 person
Makasih, Mas Dhito. Senang rasanya kalo ada orang yang sepemikiran. Sebab hati, tak pernah mengenal kata “coba-coba”. Jadi, hati-hati lah kita hehe
LikeLiked by 1 person