Keluarga itu terdiri dari lima orang.
Kakek dan nenek, satu wanita dewasa, satu pria remaja, dan satu anak kecil.
Aku menebak anak kecil itu adalah cucu si kakek dan nenek.
Aku menebak wanita dewasa adalah ibu si anak kecil.
Dan si pria remaja adalah adik si wanita dewasa.
Pengamatan memang sering menciptakan asumsi, ya.
Baiknya, asumsi segera diverifikasi dengan bertanya langsung.
Namun, kondisiku saat ini tidak perlu melakukan itu.
Aku hanya ingin menikmati kehangatan keluarga itu.
Si kakek sedang sakit.
Ia terapi wicara hari ini.
Namun, antrean masih begitu lama.
Keluarga tampak biasa saja.
Kebanyakan orang, biasanya akan menunjukkan mimik wajah kecewa.
Tetapi berbeda dengan mereka.
Mereka menikmati waktu tunggunya.
Si wanita dewasa mengeluarkan beberapa potong roti.
Keluarga melahap roti sambil berbagi tawa.
Sesekali si nenek bercengrama dengan si kecil dengan wajah bahagia.
Sesekali dikecupnya pipi si kecil sebuah tanda cinta.
Begitu juga si kecil, ia tampak seperti sedang bermain saja.
Kakek pun juga sama.
Tak menunjukkan wajah kecewa.
Ia menunggu dengan tenang tanpa mengeluh apa-apa.
Mencipta bahagia ternyata hanya perlu kemauan kita mengelola rasa.
Mencipta bahagia ternyata hanya tergantung bagaimana cara pandang kita.
Memang bukan hal mudah tetap berbahagia pada kondisi yang kurang menyenangkan. Tetapi, mereka bisa. Kita pun juga bisa bila mau mengusahakannya. Semangat, ya 💪
Semangat.
LikeLiked by 2 people
Iya semangat! Semangat juga, anak ayam! 😀
LikeLike
Saya sering melihat kejadian seperti ini di poliklinik di dekat saya
LikeLiked by 1 person
Pasti tertular ya mas kehangatan kebersamaan mereka 😀 aku aja senyum-senyum sendiri hehe
LikeLike
Oke oke.
LikeLiked by 1 person